Habibie ABK Berprestasi


Memberi Motivasi Sukses

Habibie Kunjungi Para Penyandang Cacat di Solo

Solo - Habibie salah satu penyandang cacat yang sukses di dunia bisnis online, pagi tadi (27/4/2010) kunjungi YPAC Solo. acara tersebut merupakan sebuah bentuk motivasi yang ingin diberikan kepada para penyandang cacat lewat sosok Habibie.

 Seperti diungkapkan Dr. Tunjung Hanurdaya Soeharso, M.Sc selaku ketua pengurus YPAC bahwa penyelenggaraan acara ini ditujukan agar memotivasi para siswa untuk mampu bangkit dan menjadi sukses seperti Habibie Afsyah. “Anak cacat harus diberi contoh anak yang cacat juga namun berprestasi, berhasil, dan sukses seperti Habibie” terangnya. Menurut Tanjung hal tersebut lebih realistis karena orang yang mereka (para penyandang cacat) temui juga salah satu dari mereka.

 Tanjung juga berkata bahwa sebenarnya setiap anak mempunyai kelebihan tinggal bagaimana itu ditampilkan dan dikembangkan. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa untuk penanganan terhadap anak-anak spesial tersebut sangatlah butuh perhatian khusus bukan hanya bantuan dan fasilitas semata.

Kedatangan Habibie Afsyah di YPAC Solo sendiri merupakan lawatan ke dua setelah ia dan ibundanya Endang Setiyati melakukan lawatan dari Semarang. Setidaknya ada 100 siswa penyandang cacat baik itu SD, SMP, maupun SMA yang menghadiri acara tersebut.

VIDEO PRESTASI HABIBIE  

Banyak Anak Cacat Berprestasi


Banyak Anak Cacat Berprestasi

seorang anak cacat melukis dengan kaki
Kupang, FloresNews.com - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Lusia Adinda Lebu Raya menyatakan banyak sekali anak cacat yang memiliki prestasi luar biasa. "Walapaun dalam keterbatasan tetapi banyak diantara mereka yang telah menunjukkan prestasi yang membanggakan, baik di bidang olahraga maupun akademik," kata Lusia Adinda Lebu Raya, di Kupang, Jumat (3/12).

Dia menyatakan hal itu ketika melepas jalan sehat yang diikuti ratusan penyandang cacat dalam rangka memperingati hari internasional penyandang cacat 3 Desember. Di bidang olahraga misalnya para penyandang mampu mengharumkan nama NTT karena meraih prestasi gemilang ditingkat nasional. "Mereka adalah bagian dari saudara kita sehingga perhatian dari semua pihak sangat membantu mereka dalam menggapai cita-cita," katanya.

Jalan sehat ini dimulai dari depan Kantor Gubernur NTT dan finish di rumah jabatan gubernur yang berjarak sekitar satu kilometer. Acara pelepasan tersebut ditandai dengan menyerahkan kursi roda secara simbolis kepada salah seorang penyandang cacat.

Dalam jalan sehat bersama itu, Lusia Lebu Raya yang adalah ibu Gubernur NTT itu tampak mendorong kursi roda bersama anak cacat mulai dari depan kantor Gubernur NTT menuju depan rumah jabatan gubernur di jalan El tari Kupang. Kegiatan jalan sehat ini juga dimeriahkan dengan pentas seni dan lomba berbagai permainan untuk penyandang cacat yang digelar atas kerja sama forum komunikasi keluarga dan penyandang cacat anak (FK-KDPCA) NTT bersama handicap internasional.

Ketua Forum Komunikasi Keluarga dan Penyandang Cacat Anak NTT Beny Jahang menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi NTT dan semua pihak yang telah memberikan kepedulian yang besar untuk para penyandang cacat di daerah ini. Dia juga berharap, dengan adanya kegiatan jalan sehat ini diharapkan masyarakat bisa melihat sendiri kondisi para penyandang dan dapat menyentuh perasaan untuk membantu mereka dalam merajut masa depan.(ant)

ANAK CACAT KERJAKAN SOAL UNAS


ANAK CACAT BERPRESTASI, GARAP SOAL UNAS DENGAN KAKI
seorang anak cacat mengerjakan soal ujian dengan kaki
Keterbatasan fisik, ternyata tidak menghalangi seseorang meraih sukses dalam pendidikan khususnya dalam melaksanakan ujian nasional. Di Gresik Jawa Timur, seorang siswa cacat yang tidak memiliki sepasang tangan, mampu menggarap soal ujian dengan baik, menggunakan kedua kakinya yang mengecil.

Lahir dengan fisik terbatas, tak membuat Muhammad Amanatullah, putra bungsu 6 bersaudara pasangan Alianto dan Nasifah, warga Jalan Kartini Gang 16 Nomor 21 Kota Gresik ini, harus putus asa dan minder dalam beraktifitas sehari-hari.

Karena tangannya yang kecil dan tidak berjari, menyebabkan A’am terpaksa memanfaatkan mulut, leher dan jari-jari kakinya untuk ber-aktifitas. Bahkan, untuk menulis sekalipun, harus menggunakan jemari kakinya. namun, dengan keterbatasannya ini, siswa kelas 3 SLTP 4 Gresik ini justru mampu menuntut ilmu dengan baik.

Sepeda kecil roda tiga hasil modifikasi ayahnya, selalu menemani A’am berangkat ke sekolah, meski kadang-kadang harus di bantu teman sekelasnya agar tidak jatuh.

Dengan jemari kakinya yang kecil, anak yang bercita-cita menjadi pelukis handal ini, selalu lincah memainkan pensil, untuk menjawab satu persatu soal ujian nasional.

Untuk mengikuti Ujian Nasional, A’am mempersiapkan diri dengan baik melalui belajar intensif di rumah serta mengikuti bimbingan belajar siswa.

Hampir tak ada kendala dalam menempuh pendidikan, hanya saja, keterbatasan fisiknya kadang-kadang membutuhkan uluran tangan temannya agar bisa sampai ke ruang kelas. apalagi, ruang kelas untuk melaksanakan ujian kali ini berada di lantai 2.

“Persiapan ujian ini, saya banyak belajar di rumah dan mengikuti les dengan teman-teman”, ujar A’am. Menurut A’am, salah satu kendala mengikuti ujian adalah keberadaan ruang kelasnya yang ada di lantai 2. “Teman-teman saya baik hati, mereka membantu saya naik ke lantai 2” tambah A’am.

Sewaktu di bangku sekolah dasar, A’am bersekolah di sekolah dasar luar biasa. Namun, karena prestasinya yang mengagumkan, oleh pemerintah, A’am di terima di sekolah umum, untuk meningkatkan prestasinya.

Menurut pihak sekolah, prestasi pelajaran A’am tergolong baik dan nilainya selalu berada di atas rata-rata temannya. Meski demikian, pihak sekolah tidak memperlakukan A’am secara istimewa.

“Tidak ada perlakukan khusus pada A’am, semua berjalan sebagaimana biasa. Hanya saja, bangku A’am memang di buat secara khusus”. Ujar Djalil kepala sekolah SLTP 4 Gresik.

Satu hal yang tak pernah di lupakan A’am adalah saat di undang secara khusus oleh Kapolri Jendral Polisi Sutanto dalam acara peringatan hari Bhayangkara di Jakarta 4 tahun lalu. saat itu, A’am di minta memperagakan cara melukis dengan kaki. Dan satu lukisan A’am terjual seharga 2 juta rupiah.

Ada satu keinginan A’am yang hingga kini belum terwujud, yakni memiliki sepeda roda 3 bermesin, agar bisa beraktifitas secara praktis. Sebab, kedua kakinya tidak bisa mengayuh sepeda roda tiga yang digunakan sekarang ini. Apalagi, ayahnya yang hanya bekerja sebagai sopir truk, berpenghasilan pas-pasan.
Anak Berkebutuhan Khusus Juga Punya Prestasi
 Senin, 10/05/2010 23:24 WIB

PADANGPANJANG – Tidak hanya anak normal, anak-anak berkebutuhan atau berpendidikan khusus di Sumatera Barat juga memiliki prestasi dan berperan dalam mengharumkan nama daerah di berbagai bidang, termasuk olah raga.

Misalnya, medali emas dari cabang olahraga bulutangkis putra Tuna Grahita oleh Fauzan dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Binar, Tarusan, Pesisir Selatan pada Festival dan Lomba PK-PLK tingkat Nasional 2009 lalu. Selain itu, Deby dari SMPLB Manggis Bukittinggi memperoleh medali perak untuk bulu tangkis putri Tuna Rungu serta Rahma Dona dari SDN 37 Inklusi Batipuh, Tanah Datar medali perak untuk mata pelajaran Matematika (OSN).

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Drs.Burhasman.MM dalam acara Festival atau Lomba Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK/PLK) tingkat Sumbar yang dilaksanakan di Padangpanjang, Senin (10/5) di Lapangan Anas Karim Kantin Padangpanjang. Acara itu dibuka oleh Walikota Padangpanjang, Suir Syam.
  
Prestasi lainnya yang diukir, kata Burhasman, medali perunggu lomba balap kursi roda putri oleh Farida dari SLB Negeri Linggosari Baganti Pesisir Selatan dan juara harapan I merakit robot (Robotik) CI BI atas nama Rezki Eko Putra dari SMA 1 Padang. Dari berbagai prestasi tersebut membuktikan bahwa anak-anak PK/PLK memiliki kemampuan sama dengan anak-anak normal lainnya.

Untuk itu, Burhasman mengajak semua pihak untuk memberikan perhatian khusus terhadap anak anak PK/PLK. Lewat ajang festival ini diharapkan bisa dijadikan sebagai modal untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak itu. Karena, sesungguhnya mereka memiliki kemampuan sama seperti yang normal.
  
Burhasman juga mengajak semua pihak untuk tidak lagi memanggil anak anak PK/PLK dengan panggilan anak tuna, karena sesuai undang-undang menyatakan mereka dengan sebutan anak –anak PK/PLK karena mereka memang membutuhkan pelayanan dan pendidikan khusus.

Festival dan Lomba PK/PLK Tingkat Sumbar ini akan berlangsung hingga tanggal 11 Mei Mendatang dan diikuti 225 peserta dari berbagai Kabupaten Kota di Sumatera Barat. Dari kegiatan ini juga diharapkan akan semakin meningkatkan prestasi anak-anak PK/PLK di Sumatera Barat pada tingkat nasional berikutnya.(isril)

sumber : www.padangmedia.com

Amanatullah, Anak Cacat Berprestasi di Sekolah Umum


Hendak ke SMK Terkendala Fisik, ke SMAN Minder 

UCAPAN syukur meluncur dari mulut Muhammad Amanatullah ketika diberi tahu bahwa Siti Jaiyaroh, guru SDLB Negeri 1 Gresik, terpilih sebagai peringkat kedua Guru Ideal Jatim Program Untukmu Guruku 2009. ”Saya senang sekali. Bu Jaiyaroh memang sudah semestinya mendapat penghargaan karena dia orang yang tulus,” katanya.

Aam -panggilan Amanatullah- dan keluarganya mungkin tak bisa melupakan Jaiyaroh. Bu Guru itulah yang memperjuangkan Aam, siswa penyandang cacat tersebut, masuk sekolah umum. Kini, dia duduk di kelas IX SMP Negeri 4 Gresik.

Sejak lahir, Aam punya keterbatasan fisik. Tangannya tidak utuh. Yang kanan hanya sampai lengan, sedangkan yang kiri sebatas siku. Kaki kirinya bengkok, sehingga kalau berjalan sedikit ngesot.

Dengan kondisi seperti itu, kedua orang tua Aam memasukkan anaknya tersebut ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Kemala Bhayangkari Gresik. Namun, Jaiyaroh yang waktu itu mengajar di sekolah tersebut menilai bahwa Aam hanya cacat fisik, inteligensinya bagus.

Karena itulah, menginjak kelas VI, Jaiyaroh berusaha memindahkan Aam ke sekolah umum. Tapi, sejumlah SD menolak. Mereka menilai Aam tidak layak masuk sekolah umum. Bahkan, ada gurunya di SLB yang mencibir.
Meski begitu, Jaiyaroh pantang menyerah. Dia berjuang melobi beberapa pejabat Dinas Pendidikan Gresik dan meyakinkan sekolah yang mau menerima bocah tersebut. ”Padahal, waktu itu Bu Jaiyaroh masih sakit, baru sembuh dari operasi,” kenang Nasifah, ibunda Aam, sambil menghapus air matanya. ”Perjuangan itu tidak akan pernah saya lupakan,” tambahnya.
Berhasil, Aam diterima masuk SD Negeri Tlogopatut, Kebomas.

Sampai sekarang, hubungan mantan guru dan murid itu masih tetap terjalin. ”Hampir setiap Lebaran kami menyempatkan berkunjung ke rumah Bu Jaiyaroh. Tapi, tahun lalu kami tidak bisa ke sana karena tidak punya ongkos untuk naik angkutan,” kata Nasifah. Aliantoro, ayah Aam, hanya sopir pikap carteran yang penghasilannya tidak menentu.

Aam membalas perjuangan Jaiyaroh itu dengan belajar keras. Pada penerimaan siswa baru (PSB) di SMPN 4 Gresik, tiga tahun lalu, bungsu di antara enam bersaudara tersebut masuk sepuluh besar.
Ketika ditemui di rumahnya, Jalan RA Kartini XVI, Aam mengaku sedang melemaskan otot tubuhnya. ”Lagi lihat TV sebentar karena malamnya kan harus belajar,” ujar remaja yang pada 4 Mei nanti berusia 16 tahun itu.
Dia memang harus giat belajar menyongsong ujian nasional. ”Saya harus persiapkan mulai sekarang. Apalagi, nilai kelulusan naik 0,25 menjadi 5,50,” tegasnya sambil duduk di jok sepeda berpedal tunggal itu.

Aam memang seakan tak pernah lepas dari sepedanya. Termasuk di dalam rumah. Sampai-sampai, ibunya menyebut sepeda itu sebagai kaki anaknya.
Sepeda khusus tersebut hasil modifikasi sendiri. Aslinya sepeda jenis BMX. Jarak antara sadel dengan setang diperpanjang. Pedalnya hanya sebelah kanan.

Dengan satu kaki itulah Aam mengayuh sepedanya. Badannya membungkuk untuk menempelkan lengannya ke setang sepeda. Perlu keahlian khusus untuk naik sepeda seperti itu.
Pernah suatu saat ban sepedanya gembos. Untunglah ada tukang becak yang menolong mengantar pulang dengan sepedanya,” tutur wanita 44 tahun tersebut.

Punya kekurangan fisik, tapi Aam juga punya kelebihan. Dia dikenal supel dan pandai melukis. Dia sangat bangga salah satu lukisannya dikoleksi pejabat Polri yang sekarang Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bahrul Alam.
Waktu saya diundang ke Jakarta oleh Pak Kapolri (Jenderal Pol Sutanto, Red), lukisan saya dibeli Jenderal Anton,” katanya. ”Ya, orangnya ganteng berkumis tipis,” sahut Nasifah. Dia diundang ke Mabes Polri saat masih siswa SLB Kemala Bhayangkari, sekolah dalam naungan Yayasan Kemala Bhayangkari.

Aam memang bertekad hidup sebagai pelukis. Modal sudah dimiliki. Dia pernah menjuarai lomba lukis tingkat SMP se-Kabupaten Gresik pada 2006. Jika sebelumnya melukis dengan crayon, kini mulai menggunakan cat minyak di atas kanvas. Melihat kemampuan Aam melukis itu, sebuah sanggar seni lukis di Gresik bersedia memberi pelatihan cara melukis yang benar.

Hanya, Aam sedikit bingung. Ke mana dia melanjutkan sekolah setamat SMP nanti. ”Embuh, Mas. SMA adoh-adoh,” katanya. Sebetulnya tak terlalu jauh. Tapi, karena keterbatasan itu, dia merasa jauh.

Di sekitar rumahnya ada sejumlah SMA. Di antaranya, SMAN 1 Gresik, SMK Semen Gresik, dan SMK Taruna Jaya. Namun, Aam hanya mau ke SMA. ”Kalau SMK kan butuh keterampilan, Mas. Apa mungkin saya masuk ke sana dengan kondisi seperti ini?” ujarnya.
 
Secara terus terang dia mengaku sedikit minder masuk ke SMAN 1. Sebab, sekolah itu berstatus RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional). Untuk masuk sekolah tersebut, harus punya nilai TOFL tertentu. ”Tapi, saya harus mampu!” tegasnya.

SMA Semen Gresik sebetulnya juga tak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya, dia harus menyeberang jalan raya. ”Siapa yang mau menyeberangkan saya tiap hari?” tanya dia. Pasti ada.

(Sumber: Jawapos, 1/4/2009)

/
Reviera, Anak Down Syndrome Juara Renang Internasional
Senin, 27 Juli 2009 | 07:01 WIB
FRANS AGUNG
Revira Novitasari (15), penderita down syndrome, berhasil menyabet juara 3 kejuaraan renang internasional di Canberra Australia (26/7).
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak pernah terbayang oleh Goieha (55), bahwa anaknya Reviera Novitasari (15) yang menderita down syndrome mendapat medali perunggu renang 100 meter gaya dada pada kejuaraan renang internasional di Canberra Australia, 11-13 April 2008.
"Saya tahu dia menderita down syndrome tak lama setelah bersalin. Waktu itu perasaan saya tidak karuan," aku Goieha pada Kompas.com.

Goieha ingat, sejak dilahirkan wajah anak keempatnya itu mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol. Untuk memastikan keadaan Reviera, dokter di R.S Manuela Jakarta menyarankan untuk memeriksakan darahnya di saat umurnya sudah enam bulan. "Saya sangat kaget dan sedih. Dokter memberikan gambaran terburuk, kalau anak down syndrome tidak bisa mandiri. Jangankan megang pensil, nyisir aja tidak bisa," ungkap isteri Tan Bun Hok (55) mengenang.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kromosom Reviera berjumlah 47. Bayi normal dilahirkan dengan jumlah kromosom sebanyak 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Menurut penelitian para ahli, 95 persen penderita down syndrome memang disebabkan kelebihan kromosom 21.

Menurut Goieha, ia baru mulai bisa menerima Reviera, di saat anaknya yang kelahiran 30 Oktrober 1993 berumur tiga tahun. Saat itu, ia mulai menyekolahkannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita Kemayoran Jakarta. "Beruntung saya bertemu dengan orangtua yang senasib. Saya semakin menerima keadaannya ketika bergabung di ISDI (Ikatan Sindroma Down Indonesia)," tutur Goieha, yang anak ketiganya telah meninggal.

Situasi baru dalam batin Goieha ini tampaknya memengaruhi pola relasinya dengan Reviera. Anak yang saat ini sudah menginjak kelas 2 SMP ini mampu mementahkan ramalan dokter. "Di luar dugaan Reviera bisa menulis dan membaca. Berhitung juga sudah bisa. Kemampuan renangnya pun menonjol dibanding anak cacat lain," papar Goieha.

Sadar akan bakat anak keempatnya itu, ia memfasilitasi Reviera dengan latihan renang seminggu dua kali di Club SOINA (Special Olympic Indonesia) Sunter Jakarta. "Sebelum mengikuti lomba di Australia, Reviera rutin ikut lomba Porcada tingkat DKI dari tahun 2005-2007. Banyak penghargaan yang telah ia terima," ucap Goieha.

Di tengah perbincangan, Reviera meminta minum. Tak lama kemudian, ada seseorang memberikan ia sebotol air mineral. "Thank You," kata Reviera dengan cukup jelas. Kontan kejadian itu membuat kaget beberapa orang yang ada di sekitar kami. Dengan cepat ia menghabiskan minumnya, tanpa kehilangan senyumnya. "Mam...lapar," lanjut Reviera, kali ini ucapannya agak sulit ditangkap.

Senyum yang ditampakkannya itu seolah ingin memberitahu kepada khalayak bahwa ia bahagia. Karena, ia baru saja mendapat penghargaan Kategori Anak Penyandang Cacat Berprestasi Internasional dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono. "Bahagia...bahagia," paparnya dengan senyum lebar.

Kehadiran Reviera semakin diterima dalam keluarga. Ronald dan Rodney, saudaranya, sangat menyayangi dan melindungi Reviera. "Dia sangat disayang, apalagi umurnya jauh, sama yang kedua aja bedanya 8 tahun," kata Goieha.
Prestasi demi prestasi yang diukir Reviera membuat Goieha terus bertekad melatih renang putrinya. "Saya harap bisa dikirim ke Special Olympic World Summer Game di Athenna tahun 2011," harap Goieha, yang disambut anggukan oleh Reviera.


Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U